"Kami menemukan bahwa setelah diagnosis, pasien payudara kanker yang merupakan ras kulit hitam dan Hispanik melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi daripada mereka yang berkulit putih. Stres juga dikaitkan dengan agresivitas tumor," kata Garth H Rauscher PhD, profesor epidemiologi dan biostatistik di School of Public Health, University of Illinois di Chicago.
Rauscher dan koleganya mempelajari pasien yang melaporkan persepsi ketakutan, kecemasan, dan merasa terisolasi. Itu semua disebut sebagai stres psikososial dan memiliki asosiasi dengan agresivitas kanker payudara.
Kemudian, tingkat stres pasien diperiksa dua sampai tiga bulan pascadiagnosis.
Penelitian ini melibatkan 989 pasien kanker payudara yang baru-baru ini didiagnosis. Para partisipan terdiri atas 411 ras non-Hispanik berkulit hitam, 397 non-Hispanik berkulit putih, dan 181 Hispanik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai stres psikososial yang tinggi dialami pasien berkulit hitam dan Hispanik. "Mereka yang melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi cenderung memiliki tumor lebih agresif," kata Rauscher. "Namun, yang kita tidak tahu adalah jika kita mengajukan pertanyaan yang sama lima tahun sebelum diagnosis, akan kita telah melihat hubungan yang sama antara stres dan agresivitas kanker payudara?"
"Tidak jelas apa yang mendorong hubungan ini. Mungkin, tingkat stres dalam kehidupan pasien dipengaruhi agresivitas tumor. Ini mungkin," katanya seperti dikutip dari Times of India, Selasa (20/9).
0 komentar:
Posting Komentar